Siakap Keli

Tragedi Sulawesi Bukan Hanya Gempa Dan Tsunami, Tapi Lumpur ‘Pembunuh’ Buat Beberapa Kampung Lenyap

Sehingga kini, ribuan nyawa telah dilaporkan terkorban akibat gempa yang melanda wilayah Sulawesi sejak Jumaat lalu. Berita sedih terus diterima apabila runtuhan dibeberapa hotel, bangunan pejabat dan pasar raya telah menyebabkan lagi peningkatan angka kematian yang terkorban dan terperangkap.

Beribu mangsa lagi turut dikhuatiri tertimbus dalam kejadian tanah runtuh yang menimbus beberapa perkampungan selepas tsunami melanda Palu pada hari yang sama berlakunya gempa.

Penduduk kini dalam usaha menyelamatkan mangsa yang tertimbus dan ada diantara mereka cuba menggali menggunakan tangan untuk menyelamatkan ahli keluarga yang tertimbus.

Sementara itu, perkongsian daripada Facebook milik Israfil Dahlan yang diinspirasi daripada kisah Dr Eka Erwansyahmenceritakan disebalik bencana yang bukan hanya bencana luar biasa, tetapi menurutnya ‘sungguh sangat luar biasa’. Mengapa? Mari baca perkongsian beliau.

Gempa, Tsunami, Banjir Lumpur

Kisah Dr Eka Erwansyah, dosen kedoktoran Unhas anggota tim relawan Unhas :

Bencana Palu dalam pandangan saya bukan hanya Bencana Luarbiasa, tapi Sungguh Sangat Luarbiasa.

Biasa dalam suatu bencana hanya ada 1 atau 2 “pembunuh”. Biasanya gempa saja, atau Gempa plus tsunami.

Bencana Aceh didahului gempa tapi “sang pembunuh” sebenarnya adalah hanya 1 yaitu tsunami.

Nah! di Palu ada TIGA “Sang Pembunuh” :
1. Gempa.
Banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan.

2. Tsunami.
Sekitar 1000 org di sekitar pantai sedang persiapan Festival Nomini) tersapu oleh tsunami.

3. Lumpur.
Ada perkampungan yg hilang akibat lumpur yg menyembur dari dalam bumi dan dalam sekejap menenggelamkan satu perkampungan. Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup. Ada juga sekitar 200 orang siswa SMA sedang berkhemah juga terkubur dalam lumpur yg tiba2 menyembur dan menimbun mereka.

 

Kebetulan saya dan teman-teman yang tergabung dalam Tim DVI Unhas sudah berada di lokasi sejak kemaren pagi. Kampung yg hilang itu Kampung Petobo, daerah Sigi.

Kemaren saat yang menghimpun data ante mortem korban, saya tidak kuasa tahan tangis.

Seorang bapak yg melaporkan anaknya yg hilang. Dia curhat. Ketika itu antarkan anaknya mengaji. Rumahnya dan rumah tempat mengaji hanya dipisahkan oleh jembatan.
Begitu anaknya didrop, dia balik ke rumahnya.

Baru mau masuk ke rumah tiba mendengar bunyi bbluuumm. Dia balik badan dan hanya melihat hamparan tanah kosong berlumpur.. kemana perginya rumah-rumah satu perkampungan??? Hanya dalam hitungan detik.

Sumber: Israfil Dahlan

Nur Farra